Gagasan dan Narasi Anies Baswedan Tidak Berhenti Hanya di Pidato, tapi Terwujud Nyata

Dengarkanlah apa yang disampaikan oleh Mas Burhanuddin Muhtadi, maka kita akan makin paham atas sosok Anies Baswedan yang terbukti memiliki kualifikasi dan kelebihan yang sulit dibantah.

Mas Burhanuddin Muchtadi tahu persis siapa Anies Baswedan, karena disamping memiliki kesamaan dengan Anies Baswedan, yaitu sebagai seorang penulis, dosendi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Juga mengajar di Universitas Paramadina, di mana Anies Baswedan pernah menjadi rektor di situ, sampai kemudian menjadi Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, faktanya Burhanuddin Muchtadi adalah sosok yang mengenal Anies Baswedan tanpa bias sedikitpun.

Pandangan Mas Burhanuddin Muchtadi ini, menurut saya amat layak dicermati, dan karena itu memiliki pandangan yang objektif dan fair terhadap rekam jejak seorang Anies Baswedan ketika memimpin DKI Jakarta sebagai gubernur.

Menurut Mas Burhanuddin, jika teori pendulum itu berlaku sampai 2024 nanti, maka untuk mencari figur yang kontras dengan pak Jokowi sebagai presiden yang berkuasa saat ini, seharusnya Anies Baswedan yang akan menang dalam survei-survei pra pemilu. Mengapa Anies Baswedan? Karena di antara tokoh-tokoh yang muncul sebagai calon pemimpin nasional, Anies yang memiliki karakteristik berbeda dengan Jokowi. Beliau (Anies), tampil sebagai sosok yang sangat presidensial berbicara di depan para pemimpin dunia, meskipun level beliau sebagai gubernur, tapi seringkali tampil di konferensi internasional seolah mengesankan bahwa Anies berbeda dengan Jokowi yang memiliki keterbatasan kosa kata dalam bahasa Inggris.

Dari sisi diskursus, dari wacana, dari sisi narasi, dari menit pertama ketika Anies dilantik sebagai gubernur DKI Jakarta, Anies juga mulai memberikan “diferensiasi” (keberbedaan) yang berbeda dengan pak Jokowi. Anies menyebut kata pribumi dalam pidatonya itu. Yang kira-kiranya, Anies ingin memberi sinyal yang membedakan dengan presiden saat ini yang “diasosiasikan” atau dikesankan kurang begitu “friendly terhadap pribumi”, dan dianggap, seolah-olah lebih mementingkan kepentingan asing.

Apa yang disampaikan Mas Burhanuddin adalah penilaian yang fair dan realistis. Bahkan, penolakan Anies Baswedan dengan bau-bau “kolonial”, seperti pembangunan pulau-pulau reklamasi yang mengancam eksistensi bumi pertiwi, dan pembelaan Anies terhadap masyarakat yang dikorbankan atas alasan investasi itu teramat nyata, seperti pembangunan kembali warga Kampung Akuarium yang digusur gubernur sebelumnya, sungguh amat nyata.

Artinya, tidak berhenti pada bahasa pidato semata, tetapi Anies terbukti mampu mewujudkan narasi-narasinya itu nyata. Hadir di tengah masyarakat sebagai komitmennya melindungi tumpah darahnya dari penjajahan skema baru yang lebih berbahaya.

Merdeka
5SILA

Habib Abdullah Uwais Alatas, Kolumnis

Sumber: kba

Baca Juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button